ACEH SELATAN – Aceh Selatan, kabupaten yang terletak di pesisir barat selatan Aceh itu tak hanya kaya dengan spot wisata dan keindahan alam yang mempesona, namun negeri tuan tapa itu juga mewariskan berbagai budaya kepada generasinya.
Ya di kabupaten yang didiami oleh tiga suku diantaranya suku Aceh, Aneuk Jamee dan Keluwat atau Kluet itu masih kental perpaduan budaya diantara ketiga suku tersebut.
Di kecamatan Kluet Tengah, terdapat salah satu situs peninggalan sejarah suku Kluet di masa lampau, situs tersebut adalah Rumah Adat Rungko yang terletak di Desa Koto Kecamatan Kluet Tengah kabupaten Aceh Selatan.
Salah seorang tokoh Adat Kluet, Bentara Yakub (60) mengatakan Rumah Adat Rungko Kecamatan Kluet Tengah didirikan pada tanggal 1 Januari 1861 oleh Raja Menggamat, Imam Hasbiyallah Muhummad Teuku Nyak Kuto, yang tidak lain merupakan keturunan pejuang Kluet Tgk. Imam Sabil yang pernah berperang melawan Belanda dalam Perang Lawe Meulang Menggamat.
Rumah Adat suku Kluet ini selain sebagai tempat tinggal Raja juga berfungsi sebagai tempat bermusyawarah sekaligus kantor pengadilan jika terjadi perselisihan dan sengketa dalam kehidupan rakyat Menggamat.
Uniknya, Rumah Adat Rungko ini dibangun dengan menggunakan kayu pilihan yang proses penebangannnya memakan waktu bertahun-tahun. Pada saat kayu dipilih untuk dijadikan bahan, para tokoh saat itu menebang pohon tersebut menggunakan parang, jika saat proses penebangannya parang terjatuh maka kayu tersebut tak jadi diambil karena dimaknai bahwa aulia tidak mengizinkannya.
“Nah itulah yang membuat proses pembangunannya saat itu menjadi lama dan sangat memakan waktu,” lanjut Bentara.
Penamaan Rungko sendiri adalah pemaknaan dari rangka atau kerangka, yang mengisyaratkan bahwa rumah Rungko merupakan penyatuan yang berbentuk tempat untuk 4 marga suku Kluet yang ada di Aceh Selatan saat itu.
Jika dilihat sekilas, tidak ada perbedaan antara rumah Rungko dengan rumah adat Aceh pada umumnya, namun jika ditilik lebih dalam terdapat perbedaan beberapa ornamen dan motif dengan makna khusus yang menjadi identitas bagi suku Kluet di Aceh Selatan.
Akibat Pandemi Covid-19, rumah adat yang berada sejauh 31 menit dari ibu kota Tapaktuan ini menjadi sepi pengunjung. Para pihak di Aceh Selatan terus melakukan pembenahan lewat karya bakti di situs sejarah Aceh tersebut sebagai upaya pelestarian budaya. (Safdar.S)