ACEH SELATAN – Akibat banyaknya pemakaian gas LPG pada setiap rumah di bulan suci Ramadan berdampak pada cepatnya habis stok gas terutama gas bersubsidi ukuran 3 kg atau yang biasa disebut gas melon di pangkalan-pangkalan gas di Aceh Selatan.
Selain meningkatnya pemakaian gas LPG untuk kebutuhan rumah tangga jelang hari raya Idul Fitri, disinyalir praktek jual gas di kios eceran juga banyak menyita kouta gas LPG di pangkalan-pangkalan gas resmi.
Akibatnya, disaat pangkalan-pangkalan gas resmi kehabisan stok gas LPG bersubsidi maka kios pengecer gas mulai menjajakan gas bersubsidi tersebut dengan harga berkisar antara Rp.45.000 – 50.000.,
Samsuardi (40) salah seorang warga Kluet Utara mengaku kecewa atas praktik yang merugikan masyarakat tersebut, pasalnya pasokan gas LPG bersubsidi yang seharusnya diperuntukkan untuk masyarakat miskin itu malah menyasar kepada oknum pedagang-pedagang nakal yang sengaja membeli gas LPG bersubsidi tersebut dan dijual kembali dengan harga yang tinggi.
“Hampir setiap titik kita dengan mudah mendapatkan pedagang eceran gas LPG bersubsidi di Aceh Selatan disaat ada dan kosongnya stok gas di pangkalan LPG resmi, harga jual mereka berbeda jauh dari harga pangkalan ,mencapai Rp.50.000, bukankah ini suatu bentuk kejahatan ekonomi?,” ucapnya saat di wawancarai Krusial.com, Jumat (22/4/2022).
Untuk itu Samsuardi meminta agar pihak muspika setempat segera melakukan langkah-langkah koordinasi dengan pihak terkait agar segera dapat menertibkan pengecer gas LPG bersubsidi di hampir seluruh kecamatan di Aceh Selatan.
“Pemerintah harus ambil andil menyelesaikan masalah ini, maslah gas dijual ecer dengan harga selangit sudah bukan rahasia lagi, jangan sampai ada kesan seolah-olah pemerintah ,aparat penegak hukum dan pelaku bersekongkol, apalagi saat ini masyarakat kita sedang berjuang menghadapi masa pemulihan ekonomi pasca pandemi covid -19,” lanjutnya.
Ia berharap persoalan ini segera dapat diselesaikan dan menjadi perhatian serius pemerintah kabupaten Aceh Selatan.