Mengapa Kita Harus Memenangkan Haji Mirwan & Baital Mukaddis ?
(Bagian Satu)
Oleh: Darlis Aziz, S.Pd.I, S.I.Kom., M.A
Maulana Jalaluddin Ar-Rumi (1258 M), didalam kata pengantar masterpiece karya ‘Al-Matsnawi’nya menyampaikan tentang arti rindu yang dikeluarkan oleh seonggok seruling bamboo yang ditiupkan oleh seorang sufi (dervis). Bambu yang telah dipotong dan terpisah dari induknya (batang bambu) mengeluarkan sebuah bunyi dalam intonasi ‘kerinduan’ untuk kembali menyatu dalam kesatuan badan ibu kandungnya, begitulah penggambaran Rumi setidaknya beliau ingin menyampaikan bahwa satu benda/makhluk adalah ‘satu’ yang tak terpisahkan dari asal-muasal (identitas)-nya.
Berbicara tentang “kerinduan” tentu kita tak bisa melepaskan dari sebuah ‘nostalgia’ baik itu mengenai kisah percintaan kah, atau mengenai orang tua, atau bahkan tentang kampung halaman yang sudah lama kita tingggalkan dikarenakan satu sebab seperti “merantau”, misalnya. Kerinduan seperti ini adalah sebuah wujud manifestasi cinta sejati yang tak mungkin bisa diungkapkan oleh rangkaian kata ataupun puisi yang indah sekalipun, maka penggambaran tentang “suara” yang dikeluarkan oleh sebatang seruling bamboo yang digambarkan oleh Rumi merupakan suatu ungkapan cinta alami yang tak dapat dibagi dengan berbagai ungkapan lain meski kata-kata yang indah.
Dalam tulisan ini tentu saya tidak akan bercerita panjang mengenai kisah seruling Rumi, adapun tulisan saya ingin mengaitkan cerita tentang “kerinduan” seorang anak kandung daerah yang telah lama berdiaspora dan sukses mengembangkan dunia usahanya dan memiliki hajat mulia untuk berbuat bagi daerah kelahirannya. Ya, dialah sosok Haji Mirwan MS, yang kita kenal dengan sebutan Bang Haji itu. Saya sebenarnya tidak mengenal mendalam beliau di awalnya meskipun kami memiliki pertalian kekerabatan, pada 2016 tahun ketika saya baru akan berangkat untuk studi ke luar negeri, kawan sepergerakan saya di Peulumat city (Labuhan haji-Red) mengajak saya untuk bersilaturrahmi dengan Bang Haji. Dan ketika sampai di kediaman orang tuanya di depan masjid Peulumat kami langsung dipersilakan masuk dan diajak makan bersama. Tidak ada perbedaan antara tamu-tamu, semua duduk bersila dan makan dengan lesehan secara berjama’ah termasuk bag haji sendiri. Ketika perjumpaan pertama kesan yang tergambar dalam hati saya adalah “ini orang tulus” cahaya mukanya menunjukkan seperti apa adanya.
Setelah itu pun, saya tidak pernah bersua kembali, ditengah hiruk pikuk pilkada 2017 saya mendengar bang haji mirwan kalah tipis sekali dengan perolehan suara ke-3 terbanyak dengan 34 ribu sekian suara dengan juara ke 2 incumbent 35 ribuan suara, dan pemenang pilkada 36 ribuan suara, praksis hanya diselisihi 1000-an suara saja. Ketika kami bersua kembali beberapa tahun kemudian ‘tepatnya’ beberapa bulan yang lalu beliau mengatakan “adinda, di rekening abang hanya tinggal 16 juta lagi pada waktu itu, cukuplah untuk tiket pesawat abang dan keluarga untuk kembali ke Jakarta” ujarnya sambil mengulum senyum MANIS. Saya sedikitpun tak melihat aura kekecewaan di wajahnya terlebih ditambah wajah ganteng nya tidak menutupi ke-legawa-annya dalam politik sudah cukup matang tanpa harus meratapi meratapi kekalahannya 7 tahun yang lalu itu.
“Kali ini, Abang akan maju lagi.. mohon dukungan adinda” ujarnya lagi, “Abang akan lakukan yang terbaik untuk kali ini” tutupnya. Kalimat terakhir yang saya dengar itulah yang saya ibaratkan sebagai suara seruling Rumi sebagaimana yang telah gambarkan di awal paragraph diatas. Dengan semangat yang jauh lebih matang dari 7 tahun yang lalu saya melihat sebuah optimisme yang lebih “Menyala” sehingga kata-kata terakhir itu telah menyentak kesadaran idealisme saya tentang sebuah perjuangan dan ketulusan untuk mewujudkan cita-cita terdalamnya yang belum tercapai. Dan, janji yang diucapkannya itu dibuktikannya dengan sebuah bentuk keseriusan dalam mendapatkan partai pendukung dan hampir saja Pasangan MANIS (Mirwan & Baital Mukadis) melakukan sapu bersih dengan dukungan lebih dari 50% kursi di DPRK Aceh Selatan.
Kemudian saya ingin menyampaikan pertanyaan pemantik kepada seluruh warga Aceh Selatan dimanapun berada, Mengapa Kita Harus Memenangkan Haji Mirwan??
Berikut saya akan menguraikan beberapa jawaban dan alasan logis yang bisa kita sampaikan dan mungkin jawaban saya ini masih sangat secuil dan saya yakin bahwa masyarakat Aceh Selatan memiliki jawaban yang jauh lebih sempurna dari yang saya berikan.
Pertama, secara karakteristik pribadi. Haji Mirwan adalah sosok yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Yang mengatakan ini bukan hanya dari saya sendiri, banyak orang yang mengenal dekat dengan beliau menceritakan bagaimana kehidupan pribadi hari-hari Bang Haji yang sarat dengan akhlakul karimah baik dalam berhubungan dengan hablum minallah maupun yang berhubungan dengan hablum minan nas. Lahir dari orang tua pengusaha muslim sukses di Aceh Selatan dan Abdya, Haji Mirwan memiliki Pribadi yang murah senyum dan mudah bergaul ini tidak pernah membangun sekat dalam berkomunikasi. Hubungan baik dengan sesama generasi dan anak-anak muda dibawah beliau kami rasakan sendiri bahwa beliau adalah sosok pribadi yang santun. Begitu juga dengan kaum tua beliau selalu menaruh hormat dalam setiap komunikasi dan hubungan personal yang ia bangun. Tidak jauh berbeda dengan sosok wakil beliau yaitu Baital Mukadis, sebagai mantan Anggota DPRK Asel sekaligus Partai Demokrat Kabupaten Aceh Selatan, sekilas kalau kita lihat orangnya sangat murah senyum dan pribadi yang dekat dengan masyarakat dapil beliau ketika menjabat sebagai anggota DPRK Aceh Selatan periode lalu. Karakteristik pribadi yang santun dan menghargai inilah menjadi alasan utama bagi saya pribadi kenapa Bang Haji Mirwan dan Baital Mukadis layak untuk didukung.
Kedua, secara politik dan pembangunan. Pemerintahan merupakan sebuah perkongsian kekuasaan yang dalam hal ini eksekutif dan legislative plus yudikatif sebagai penyeimbang kekuasaaan. Nah, dengan adanya dukungan atau diusungnya pasangan Bang Haji Mirwan dan Baital Mukaddis (MANIS) oleh 13 partai politik lokal dan nasional dengan jumlah perolehan 16 kursi dari total 30 kursi Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Selatan maka secara praksis dan logis hal ini merupakan sebuah dukungan politik yang sangat legitimate dalam pengambilan keputusan di masa mendatang. Beberapa periode pemerintah Aceh selatan sebelumnya kita bisa melihat bagaimana Tarik dan ulurnya kebijakan pembangunan diakibatkan karena tidak satu suaranya antara eksekutif dan legislative dalam pengambilan keputusan. Selain dukungan politik internal pemerintahan kabupaten, adanya ketidak lineran antara Pemerintah Kabupaten – Pemerintah Provinsi, ataupun Pemerintah Kabupaten – Pemerintah Pusat dalam pembagian kue pembangunan juga menjadi persoalan yang tiada putusnya. Maka kita berharap dengan linearnya pasangan MANIS dengan partai pendukung di pemerintah pusat akan menambah pundi pembangunan bagi daerah Kabupaten Aceh Selatan di 5 tahun kedepan ini.
Kemudian, secara sosial dan kemasyarakatan. Bang Haji Mirwan merupakan sosok yang sosialis dan bermasyarakat. Saya rasa kita tidak perlu meragukan lagi bagaimana merangkulnya dan pedulinya Bang Haji Mirwan terhadap diaspora perantau Aceh Selatan dan Aceh pada umumnya yang sedang mencari nafkah di ibukota Jakarta. Hal ini layaknya bisa kita tanyakan kepada para perantau itu sendiri dan saya yakin mereka akan memiliki cerita beragam dan positif terhadap support yang diberikan oleh Haji Mirwan untuk para perantau ini. Menurut sebuah persaksian yang saya dengar langsung dari salah satu orang yang dekat dengan beliau yakni Cek Ruspandry atau biasa disapa Cekpan, ia menceritakan bahwa sosok Bang Haji adalah orang yang tidak memiliki sekat. Bahkan para perantau diberikan tempat tinggal yang sama di dalam komplek kediaman pribadinya. Artinya apa? kita bisa menilai bahwa tidak ada satu dinding pemisah antara beliau dengan para warga yang merantau bahkan dalam hal makan pun menurut cerita dari Cekpan sendiri mereka makan dari satu periuk nasi yang sama dan lauk yang sama. “Tidak ada beda sama sekali,” tutupnya.
Ketiga, Dalam hal kepedulian terhadap daerah, menurut pengakuan dari beberapa orang yang saya kenal, pasca kekalahan dan kembali ke Jakarta 7 tahun yang lalu, Haji Mirwan sering sekali bolak-balik antara Jakarta – Aceh, tidak lain tidak bukan adalah dalam rangka melobi anggaran Pemerintah Pusat untuk pembangunan daerah. Hal ini terbukti dengan cairnya anggaran milyaran rupiah untuk Biaya Operasional Pesantren (BOP) yang berhasil diterima langsung oleh beberapa pesantren tradisional di Aceh Selatan mulai dari Bakongan hingga Labuhan Haji Raya.
Keempat, Jaringan Nasional. Pemerintah kabupaten Aceh selatan setelah masa Bapak Pembangunan Aceh Selatan yaitu Sayed Mudhahar Ahmad, dan setelahnya dilanjutkan oleh Machsalmina Ali, praksis kepemimpinan daerah Aceh selatan tidak lagi memiliki akses yang kuat ke tataran nasional. Hal ini menjadi catatan penting bagi kita orang daerah mengingat sumber pendapatan asli daerah tidaklah besar, jadi sangat penting bagi pimpinan daerah untuk bisa melakukan lobi-lobi aktif dan efektif ke tingkat pusat untuk dapat membawa pulang “kado” APBN untuk kabupaten Aceh Selatan agar denyut nadi pembangunan daerah bisa berdenyut lebih kencang di tengah kelesuan ekonomi masyarakat Aceh Selatan akhir-akhir ini.
Alasan ke-lima atau yang terakhir yang bisa saya sampaikan adalah alasan pemerataan dalam asas territorial. Sebagai satu-satunya putra perwakilan Labuhan haji raya yang memiliki basis massa besar dan sebagaimana kita ketahui putra dari Labuhan haji belumlah pernah menjadi pemimpin puncak dalam tataran pemerintah kabupaten Aceh Selatan. Asas pemerataan ini saya kira penting untuk melihat bagaimana sosok pemimpin bisa berlaku adil dalam membagi “kue” pembangunan secara adil dan merata bagi segenap ahlul bait penduduk Aceh Selatan kelak. Dan saya Haqqul Yakin, Sosok Bang Haji Mirwan yang berpasangan dengan Baital Mukaddis merupakan salah satu putra terbaik Kluet (Manggamat) atau Pasangan MANIS bisa membawa aspirasi pembangunan di Aceh Selatan menjadi lebih baik, makmur dan merata.
Demikianlah beberapa alasan mengapa kita harus memenangkan Haji Mirwan dan Baital Mukaddis pada periode Pilkada mendatang ini. Tidak lain tidak bukan sebuah perwujudan kolaborasi kerinduan kita dalam rangka mewujudkan Aceh Selatan yang maju dan Bermatabat, ibarat kata pepatah : “Ka Mudiak Sa Antak Galah, Ka Hilia Sarangkuah Dayuang. Sasuai Lahie jo Bathien, Sasuai Muluik dan Hati”. Insya Allah dengan doa & usaha kita semua tujuan itu akan tercapai. Insya Allah…
***Penulis adalah diaspora putra Aceh Selatan & Sekretaris Tim Pemenangan Gerakan Mirwan Baital Mukaddis (GeMANIS) Kota Banda Aceh & Aceh Besar.