Di tengah semaraknya Hari Raya Qurban, Aceh — dikenal sebagai Tanah Serambi Mekkah — menghadirkan lebih dari sekadar ritual keagamaan.
Perayaan ini tidak hanya menggambarkan kesetiaan umat Islam terhadap perintah agama, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkuat solidaritas lintas agama di tengah masyarakat yang majemuk.
Qurban memiliki makna yang dalam dalam ajaran Islam. Ia bukan sekadar penyembelihan hewan sebagai bentuk ibadah, tetapi juga pengorbanan dan ketaatan yang mendalam kepada Allah SWT. Kisah Nabi Ibrahim AS yang siap mengorbankan putranya, Ismail, sebagaimana perintah Allah, mengajarkan umat Islam akan nilai-nilai kesetiaan dan pengabdian yang tidak tergoyahkan.
Di Aceh, pelaksanaan Qurban dilakukan dengan penuh khidmat, mengingatkan setiap umat tentang esensi dari pengorbanan dalam rangka mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Namun, Qurban di Aceh tidak hanya memperlihatkan kesetiaan dalam ranah vertikal antara manusia dengan Allah SWT, tetapi juga mempererat hubungan horizontal yang erat antar sesama manusia.
Dalam momen ini, nilai-nilai kemanusiaan yang universal dihidupkan kembali: kepedulian, belas kasihan, dan kerjasama. Masyarakat Aceh tidak hanya berbagi daging kurban di antara sesama Muslim, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai ini kepada komunitas lintas agama yang hidup berdampingan dengan damai di Tanah Rencong.
Konteks Tanah Serambi Mekkah menjadikan Aceh sebagai laboratorium kerukunan antar umat beragama. Solidaritas lintas agama yang terjalin di Aceh bukanlah sesuatu yang tercipta secara tiba-tiba.
Ia merupakan hasil dari sejarah panjang harmoni yang dijaga dengan tekun, di mana masyarakat berbagai keyakinan hidup berdampingan dan saling menghormati. Tradisi Qurban adalah salah satu cerminan nyata dari bagaimana nilai-nilai agama dapat menjadi jembatan perdamaian di tengah perbedaan yang ada.
Di masa depan, penting untuk terus mengembangkan semangat solidaritas ini. Perluasan cakupan partisipasi dari seluruh masyarakat, tanpa memandang agama atau kepercayaan, akan memperkuat kekuatan sosial dan kemanusiaan yang diperlukan untuk menanggulangi tantangan zaman.
Qurban bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang mengikat kita semua sebagai satu bangsa, satu umat.
Aceh, sebagai Tanah Serambi Mekkah, memiliki tanggung jawab besar untuk terus menjadi contoh bagi masyarakat lainnya tentang bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan.
Solidaritas lintas agama yang terbangun di dalam momen Qurban adalah bukti nyata bahwa toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, dan kerja sama adalah kunci untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis.
Sebagai masyarakat global, kita semua memiliki peran dalam memperkokoh solidaritas lintas agama.
Qurban adalah kesempatan untuk merenungkan dan memperkuat hubungan antar sesama manusia, tidak hanya dalam konteks keagamaan, tetapi juga sebagai langkah konkret menuju perdamaian dunia yang kita impikan bersama.***
***Penulis: Mirza Balia, Mahasiswa ilmu Politik Uin Ar Raniry.